Sabtu, 07 Juli 2012

eblek dari desa Kedungsari, sumber, klirong kebumen

Add caption


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sinopsis
Kesenian ebeg merupakan salah satu kesenian rakyat Kedungsari yang sangat populer. Ebeg seringkali dipentaskan pada acara hajatan, acara selamatan desa, peringatan hari kemerdekaan dan pada waktu-waktu tertentu lainnya. Ebeg merupakan pertunjukan tari yang menggambarkan prajurit atau kesatria menunggang kuda-kudaan dari anyaman bambu. Para penari biasanya berdandan mirip seorang prajurit dan membawa senjata pedang atau tombak. Ebegdi Desa Kedungsari ditarikan oleh 12 orang yang berpasangan. Kesenian ebeg menjadi kesenian atau pertunjukan yang sangat populer di kalangan masyarakat Kedungsari, karenakesenian ini sudah melekat dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Kesenian ebeg menyimpan makna dan simbolisasi yang terdapat dalam ornamen ebeg (kuda kepang), elemen penyusun, berbagai ritual dan prosesi yang dijalankan para senimannya, instrumen musik (gamelan) yang dipakai, perlengkapan pendukung pertunjukan.Seni ebeg yaitu gerakan menggoyang kuda kepang dan badan ke kanan dan ke kiriBerdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, terdapat pendapat dalam mengartikan istilah ebeg, seperti yang dikemukakan oleh Bapak gotin (anak atau pewaris dari Ki Marso) sebagai berikut :
Ebegkuwe asale itu berasal dari kata ebleg atau emblek yang artinya anyaman bambu yang biasa dipakai untuk membuat bilik (rumah)”.
Maksudnya adalahebeg merupakan kata jadian dari kata ebleg atau emblekyang berarti kuda..
Dalam pementasan ebeg, seringkaliterjadi mendem (trance) atau kerasukan (possessed). mendem menjadi salah satu daya tarik yang utama dalam setiap pertunjukan ebeg. Biasanya dalam setiap pertunjukan pada adegan klimaks, yaitu pada babak janturan, salah satu atau lebih penari tersebut selalu dalam keadaan mendem atau kerasukan (possessed), Dalam keadaan mendem ini penari ebeg sering diberi makan berupa padi, daun-daunan atau rumput dan air tawar di dalam ember, mirip makanan seekor kuda dan cara memakannyapun dengan dikunyah dan diminum langsung dengan mulutnya. Gerak dan cara makan penari mirip binatang (kuda). Jika penari ebeg meminta kelapa muda berarti dia kerasukan monyet, dan jika dia meminta dupa maka dia sedang kerasukan singa.
Bukan hanya padi, daun-daunan atau rumput dan air tawar saja yang dimakan, tetapi juga kaca selongsong lampu minyak tanah (semprong), bara api, silet dan lain-lain benda yang tidak biasa dimakan oleh manusia pada kondisi normal. Kadang-kadang penari juga mampu mengupas kelapa dengan mulutnya lalu memecahkannya dengan kepalanya. Selain itu juga kadang dipertunjukan aksi akrobatik berupa menari-nari di atas palang–palang bambu.
Kesenian ebeg banyak berkaitan dengan unsur-unsur mistis, yaitu terletak pada berbagai ritual yang harus dilaukan oleh penari atau pelaku lainnya. Beberapa ritual yang biasa dilakukan penari, antara lain melakukan pertapa di tempat-tempat keramat, berpuasa, pantangan dan berbagai jenis perlengkapan sesaji yang dipersiapkan dalam sebuah pertunjukan. Kesenian ini juga berkaitan dengan unsur-unsur keyakinan terhadap roh-roh leluhur yang bersifat baik yang biasanya berhubungan dengan para pendiri (cikal bakal) desa.

B.     Urutan penyajian pertunjukan kesenian ebeg dimulai dari bagian awal pertunjukan, bagain pertunjukan itu sendiri dan bagian akhir pertunjukan.
1.      Bagian awal pertunjukan
Sebelumpertunjukan ebeg dimulai para anggota kelompok ataurombongan ebegdipimpin oleh guni ataupawangsambil membawa semua perangkat pertunjukan, mendatangi panembahan atau padepokan yang dianggap sebagai tempat khusus bagi kelompok atau rombongan. Membawa seperangkat bunga dan dupa, anggota rombongan juga mengikuti ritual tersebut. Ritual tersebut merupakan ritual permohonan kepada kekuatan yang dipercaya sebagai kekuatan gaib. Setelah melakukan ritual di panembahan, kelompok kesenian ebeg menuju tempat pertunjukan yang sudah disiapkan. Seluruh anggota kelompok mempersiapkan diri sebelum pentas. Para penari mempersiapkan diri dengan merias diri mereka. Anggota rombongan lainnya mempersiapkan seperangkat gamelan. Pimpinan rombongan sekaligus sebagai pawang mempersiapkan perlengkapan sesaji yaitu wedangan(minuman) yang terdiri dari wedang bening, wedang kopi pahit, wedang teh, wedang arang kambang (air gula ditaburi jipang), wedang kuning (perasan air kunyit), wedang jembawuk (kopi dicampur dengan santan), racuk mawak (air mawar ditambah gula batu), beberapa helai daun dadap serep yang direndam air, kembang telon (mawar, kantil dan melati), satu sisir pisang raja, gabah beras ketan yang masih bertangkai, bawang merah, cabe, daun pepaya, pucuk daun pisang raja, pandan wangi dan jajan pasar, bubur merah putih, bubur candil, ubi bakar, ikan asin bakar, kacang goreng kulitan, jagung bakar dan kelapa muda hijau, rokok kretek, kinang, dupa yang telah dibakar. Semua perangkat sesaji tersebut ditempatkan dalam sebuah tampah yang lebar yang nantinya akan di makan oleh penari ebeg yang sedang mendem atau kesurupan.
Persiapan lainnya yaitu menyiapkan kuda kepang (ebeg) yang terbuat dari anyaman serta pernak-pernik yang dilekatkan pada anyaman bambu. Pada setiap kuda kepang bersandar pula senjata berupa pedang dan tombak yang terbuat dari kayu. kuda kepang (ebeg) tersebut dijajar berpasangan di tengah arena.

2.      Bagian pertunjukan
Pemimpin pertunjukan memerintahkan para penari untuk masuk ke tengah-tengah arenadan masing­-masing mengambil kuda kepang dan aksesoris senjata. Para penari mengenakan kostum yang seragam berupakain nyamping, sampur, sabuk (benting), mahkota (kulup mlekuta), kaca mata hitam, jampang sumping (hiasan pada telinga), dan gantungan kuda kepang dari kain yang digantungkan di leher (kacu).
Pada babak pertunjukan para penari membawakan tari prajuritan.menggambarkan para prajurit yang berlatih perang. Pada babak ini baik penari maupun penontonnya bisa kesurupan. Biasanya orang tersebut kejang-kejang, berteriak-teriak, berlari kesana kemari dan terkadang jatuh tersungkur.Setelah itu pertunjukan berhenti sejenak, dan dilanjutkan babak selanjutnya, yaitu babak Janturan. Pada babak ini terdapat beberapa penari dan penonton yang menari ebeg bersama di tengah arena. Begitu pula dengan cepet (badut) dan barongan keluar hampir bersamaan pada saat berlangsungnya babak ini. Cepet dan barongan menunjukkan tingkah laku yang lucu dan terkadang menakut-nakuti penonton agar menjaga jarak dari arena pertunjukan.
Pada babak janturan pemimpin membacakansebuah doa dan mantra. Tiba-tiba cepet dan beberapa penari lainnya serta penonton mengalami kesurupan (possesed) atau mendem (trance), karena kemasukan roh (indhang) yang memang dengan sengaja diundang oleh pemimpin. Para pemain gamelan semakin cepat memainkan gamelan dengan irama yang keras. Para penari terkadang berlari-lari mengelilingi sekitar arena dan penari yang kesurupan tersebut menyerang penonton sehingga membuat kondisi menjadi semakin ricuh dan kacau.Sesekali para penari dan penonton yang kesurupan tersebut meminta sesaji dan memakannya dengan mulutnya. Cara menyadarkannya adalah dengan cara membaca doa dan menyemburkannya di telinga.
3.      Bagian akhir pertunjukan
Pada babak ini seorang pawang mengembalikan seluruh penari agar sadar seperti semuladan selesailah keseluruhan pertunjukan kesenian ebeg.

Unsur-unsur yang melengkapi pertunjukan seni tradisional ebeg adalah:
    1. Pemain
Masing-masing pemain memiliki fungsi dan peran yang beteda-beda. Komponen pemain tersebut antara lain: pemimpin, penabuh gamelan, penari yang berperan sebagai penyaji pertunjukan yang utama,cepet dan barongansebagai pencair suasana dan penjaga pertunjukan, dan pembantu dan pendukung pertunjukan.
Seorangpemimpinbiasanya adalah orang yang paling tua atau yang dituakan dalam sebuah rombongan atau kelompok kesenian ebeg dan berperan sebagai penyembuh bagi para penari yang mengalamii mendem atau kerasukan (possessed) atau tidak sadarkan diri (trance).
Penari ebeg adalah sosok yang menggambarkan perpaduan dua karakteristik yang berbeda yang bersatu dalam suatu persenyawaan.
Cepet merupakan simbol bagi makhluk yang bertampang mengerikan tetapi kocak, usil dan bersahabat. Keberadaannya membawa keceriaan dan kemeriahan sebuah pertunjukan.Baronganjuga memiliki karakteristik watak dan sifat yang sama dengan cepet, tetapi memiliki peran yang agak berbeda, yaitu sebagai penjaga dan peringatan bagi para penonton agar menjaga jarak dari arena. Barongan dapat dimaknai sebagai sosok binatang buas yang memiliki sifat menjaga.
    1. Perlengkapan Pentas
Perlengkapan pentas yang harus disediakan adalah kuda kepang beserta aksesorisnya, seperangkat gamelan serta sesaji yang terdiri dari aneka makanan dan minuman yang biasanya diidentikan dengan sebagai makanan untuk jaranatau kuda seperti padi, rumput dan berbagai macam jenisnya seperti telah diterangkan di muka. Semua perlengkapan ini disiapkan di dekat arena pentas.
    1. Gerak
Tarian yang dilakukan penari sebelum mendem masih mengikuti instrumen gamelan. Sedangkan penari yang menari setelah mendem biasanya gerakannya tidak beraturan dan tidak terkontrol atau terkesan tidak mengikuti instrumen gamelan bahkan penari ada yang berteriak-teriak, lari-lari dan menyerang penonton. Tarian ini juga sering dibarengi dengan penonton yang juga ikut wuru.
    1. Iringan
Iringan dalam kesenian ebegadalah seperangkat gamelan yang ditabuh oleh nayaga Setelah mengalami perkembangan dan penggarapan musik, maka musik yang dipakai terdiri dari kendang, saron, bonang, kenong, kempul dan gong
    1. Tata rias dan busana
Pertunjukan kesenian ebeg tidak banyak memakai tata rias dan busana. Tata rias dilakukan ala kadarnya akan tetapi pemakain busana seragam dengan warna-warna yang cerah dan diserta ikat kepala. Ada pemain yang menggunakan kacamata hitam ada juga yang tidak.
    1. Tempat pentas
Pada umumnya tempat pentas yang digunakan untuk pertunjukan ebeg biasanya di ruang terbuka seperti lapangan, halaman rumah dan lainnya.

C.     Tanda dan Makna Pertunjukan Ebeg
1.      Dupa (Kemenyan)
Maknanya: Dupa merupakan media penghubung antara manusia dan roh. Dupa diperesembahkan bagi penunggu tempat keramat atau cungkup tempat dimana pertunjukan ebeg akan digelar dan dipercaya sebagai indhang untuk meminta ijin dan restu.
2.      Sesaji terdiri dari seperangkat wedangan, komara, kapuk adhem, dan petet.
Maknanya: Sesaji dipersiapkan guna keselamatan pelaku utama dan seluruh pendukung kesenian ebeg. Seperangkat wedangan melambangkan minuman yang disukai makhluk halus, Seperangkat komara melambangkan tempat yang tinggi yang berarti kekuasaan yang tertinggi adalah Tuhan, Seperangkat kapuk adhem melambangkan sifat-sifat kemuliaan, seperangkat petet melambangkan keutuhan, yang berarti segala yang sudah diperlukan sudah lengkap.
3.      Ornamen kuda/jaran kepang atau ebeg
Maknanya : Jaran kepang adalah kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu. Kuda tunggangan adalah sebagai lambing kuda tunggangan perang dari para prajurit yang memiliki sifat-sifat gagah, kuat dan lincah.
4.      Trance
Maknanya : Jaran kepang dalam kesenian ebeg memakan padi, rumput, dhedhak, dll. Hal ini menunjukkan bahwa yang makan sebetulnya bukan manusia tetapiroh yang telah masuk kedalam tubuh pelaku. Sehingga makna trance dalam permainan ebeg adalah adanya keseimbangan antara roh yang baik dan yang jahat dengan mendapatkan perlakuan yang sama sehingga akan manusia mendapatkan keselamatan.


 
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.         Jaran atau kuda tunggangan adalah sebagai lambang kuda tunggangan perang dari para prajurit yang memiliki sifat-sifat gagah, kuat dan lincah. Jaran kepang dalam kesenian ebeg memakan padi, genteng, beling dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa yang makan sebetulnya bukan manusia tetapi roh yang telah masuk ke dalam tubuh pelaku.
2.         Kesenian ebeg dipandang mempunyai kedudukan sama dengan kesenian-kesenian lain. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat dipandang sebagai sebuah bentuk saluran dan aktivitas. Kesenian ebeg merupakan salah satu bentuk kesenian yang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat primitif atau tradisional yang menyerupai gerakan totemisme, animisme dan dinamisme.

B.     Saran
Kesenian tradisional ebeg (jaran kepan) perlu dijaga kelestariannya dan dikembangkan untuk diteruskan terhadap generasi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar